Minggu, 02 Desember 2012

(NASKAH) "Sebuah Pengorbanan"






Judul : Sebuah Pengorbanan
Writer :Siti Ulfa X-BC smk Hutama
TOKOH :
Ajeng (Saudara Rantika)
Rantika (Saudara Ajeng)
Rian (Dokter)


Scene 1 (diteras rumah Ajeng)
Ajeng dan Rantika sedang duduk diteras rumah, Ajeng sibuk melihat-lihat bunga, sedangkan Rantika sedang sibuk dengan game di handphonenya.
Ajeng : “Ran, aku ingin seperti bunga ini yang warnanya cerah, dan menunjukkan keceriaannya” (sambil memegang bunga matahari)
Rantika : “Hmm, bisa aja”
Ajeng : “oh yaa? Apakah menurutmu aku seseorang yang ceria?”
Rantika : “Menurutmu?”
Ajeng : “Tidak terlalu”
Rantika : “Nah,itu jawabannya!” (Sambil berdiri bergegas berlari)
Ajeng : “Ih! Kamu yaa! Nyebelin banget!” (sambil berlari mengejar Rantika)

Scene 2 (di dalam rumah Ajeng)
Rantika tiba-tiba jatuh pingsan di tangga. Ajeng pun langsung memegang kepala Rantika agar tidak terbentur.
Ajeng : “Rantika! Bangun! Kamu kenapa?” (khawatir dan panik)
Ajeng : “Aku gak mau kehilangan kamu! Aku yakin kamu pasti sembuh” (Menangis)
Ajeng langsung berlari ke kamar untuk mengambil uang dan segera membawa Rantika ke Rumah Sakit untuk memeriksa keadaan Rantika.

Scene 3 (di Rumah sakit)
Ajeng langsung berlari ke bagian administrasi kemudian kembali ke ruang UGD, Ajeng pun menunggu didepan ruang UGD, tak lama dokter pun keluar dan menyuruh Ajeng untuk mengikutinya ke ruang dokter.
Ajeng : “Aduh! Jantungku berdebar keras rasanya jantungku mental 10 *sepuluh meter. Semoga aja keadaan Rantika baik-baik aja dan penyakitnya bisa disembuhin”

Scene 4 (di ruang dokter)
Setelah sampai ruang dokter Ajeng pun dipersilahkan duduk oleh dokter.
Dokter : “Silahkan duduk”
Ajeng : “ iya dok. Bagaimana keadaan saudara saya dok?” (khawatir)
Dokter : “Apakah saudaramu mengidap penyakit sirosis?”
Ajeng : “Iya dok. Memang kenapa?”
Dokter : “sirosisnya sudah mencapai stadium 3 *tiga, 75% dari organ hatinya sudah membeku”
Ajeng : “HAH?!! Secepat itu?!” (Terkejut)
Dokter : “Iya,karena tubuhnya merespon negatif”
Ajeng : “Tapi masih bisa sembuh kan dok?”
Dokter : “Bisa, tapi tidak mudah untuk melakukannya”
Ajeng : “Apa itu dok?”
Dokter : “ Kamu harus dapatkan organ hati yang masih segar dan sehat untuk dicangkokkan pada tubuh saudaramu”
Ajeng : “HAH! tapi itu sangat sulit! Apa tidak ada cara lain selain itu?” (Terkejut)
Dokter hanya menggelengkan kepalanya. Ajeng pun keluar dari ruang dokter. Dan menuju ruang inap Rantika.

Scene 5 (di ruang inap)
Ajeng hanya terdiam dengan pipi basah dan wajah yang kusut karena tidak dapat menahan kesedihannya.
Ajeng : “Andai kamu tau, aku gak mau kehilangan kamu!” (Menangis)
Tiba-tiba ada tangan yang menghapus air mata Ajeng, Ajeng pun menoleh. Ternyata  Rantika yang mengusap air mata Ajeng.


Ajeng : “Eh Ran, udah sadar?” (Terkejut dan mengusap air matanya)
Rantika : “Sepertinya kamu capek banget. Matamu juga gak segar. Sebaiknya kamu pulang aja deh!”
Ajeng : “Ah! Gak mau!”
Rantika : “ Mana handphone mu?”
Ajeng : “Ini” (sambil memberikan handphone ke tangan Rantika)
Rantika :  “Sudah sana pulang!” (mendorong Ajeng)
Ajeng : “Eh, tapi...!”
Rantika : “Atau aku marah?”
Ajeng : “Ah! Baiklah aku pulang. Kamu baik-baik yaa!” (sambil berjalan menuju lift)

Scene 6 (di dalam Lift)
Ajeng satu lift dengan laki-laki tampan yang pernah dilihatnya. Ajeng pun teringat kata-kata dokter tadi.
Ajeng : “Ah! Aku akan mengambil organ hati manusia!!!” (teriak secara tak sadar)
Laki-laki itu pun terkejut dan menjauh dari Ajeng ke pojok lift. Ajeng melirik pemuda itu,dan baru menyadari bahwa pemuda itu dokter yang tadi bicara dengan Ajeng tentang kondisi Rantika.
Ajeng : “Eh,maaf.. bukan maksudku..” (belum selesai bicara)
Dokter : “Menjauh dariku” (teriak dan menunjuk Ajeng dengan jari telunjuk)
Ajeng :  “Tapi??”
Dokter : “Menjauh!!” (membentak Ajeng)
Ajeng : “Eih! Aku..” (belum selesai bicara)
Dokter itu langsung berlari keluar lift ketika pintu lift mulai terbuka. Ajeng pun mengejarnya.


Scene 7 (di lantai dasar)
Ajeng : “dok! Tunggu!” (sambil berlari mengejar dokter)
Ajeng :  “Ah dokter! Tunggu! Aku ingin menjelaskan semuanya!” (ngos-ngosan)
Namun Dokter tak memperdulikan Ajeng dan terus berlari sampai ke parkiran. Dan Ajeng pun terus mengikutinya.
Scene 8 (di parkiran)
Dokter terus berlari menuju tempat parkir mobilnya. Ajeng semakin lelah.
Ajeng : “Dok! Berhenti! Tolong jangan salah paham padaku!”
Dokter pun segera masuk kedalam mobil dan menjalankan mobilnya. Ajeng tak kuat lagi untuk berlari sampai akhirnya kakinya terkilir dan terjatuh. Tak lama mobil yang dikendarai Dokter itu pun berjalan ke arah Ajeng yang sedang terjatuh lemas dan kesakitan karena kakinya terkilir.
Dokter : “Minggir kau! Atau aku tabrak!” (bicara panik diddalam mobil dengan keadaan keringat dingin)
Ajeng :  “Hey dok! Jangan salah paham dulu!” (sambil berdiri menuju kaca mobil Dokter dengan kaki yang pincang)
Namun Dokter malah melaju kan mobilnya meninggalkan Ajeng. Dan membuat Ajeng terjatuh.
Ajeng : “Haish!! Dasar dokter tidak berperasaan!” (mencoba berdiri)
Ajeng segera keluar dari RS. Dan mencari taksi.

Scene 9 (didalam kamar Ajeng)
Ajeng segera ganti baju dengan piama untuk tidur. Dan segera berbaring di tempat tidur, tak lupa lagi menaruh jam waker yang sudah di aturnya di sebelah bantalnya.
Ajeng : “Ah,aku gak tenang ninggalin Rantika sendirian di RS”
Ajeng : “Dia kan penakut.. nanti tengah malam dia ke toilet ada sosok makhluk halus alias setan gimana?”

Ajeng : “Gak tau ah!” (menarik selimut sampai ujung kepala)

Scene 10 (Di mobil dokter)
Dokter yang sedang menyetir tiba-tiba terbayang wanita yang hampir membuat jantungnya copot.
Dokter : “wanita itu.. sepertinya pernah ku lihat” (sambil menyetir)
Dokter : “Tapi dimana?” (heran dan bingung)
Dokter : “Dia sangat cantik..” (senyum sendiri)
KEESOKKAN HARINYA
Scene 11 (Di dalam kamar Ajeng)
Ajeng masih terlelap tidur sampai akhirnya jam waker yang berada tepat di sebelah telinganya berbunyi.
Jam waker : “KKKRRRIIIIINNNGGGGGG.....!!!!!!!!” (nyaring)
Ajeng terkejut dan mematikan bunyi jam tersebut dan membantingnya di lantai.
Ajeng : “Haaiiissh!! Hampir aja gendang telingaku pecah!” (mata merah dan kantung mata berwarna hitam)
Ajeng pun langsung berdiri dan berjalan ke kamar mandi.
Scene 12 (Di kamar Mandi)
Ajeng menggantungkan handuk di kastok dan mengucir rambutnya. Tapi pada saat mengucir rambut karetnya terjatuh ke kloset. Ajeng pun terpaksa jongkok untuk mengambil karetnya.
Ajeng : “Haaaiiiisshhhh!” (mata masih setengah terbuka dan tak sengaja tangannya masuk kedalam kloset yang dikira bak mandi)
Ajeng : “Hah basah!” (sambil mengucir rambut dengan mata tertutup)
Ajeng : (membuka mata)  “HAISSHHH!!”(teriak. Baru sadar didepan wajahnya kloset)


Ajeng pun langsung berdiri dan segera mandi.
Scene 13 (Di Luar kamar mandi)
Setelah mandi. Ajeng langsung keluar dan ketika melangkahkan kakinya keluar tiba-tiba kakinya menginjak jam waker yang dilemparnya tadi kemudian terjatuh.
Ajeng : “AHH!” *GUBRAKKK!*(teriak sambil terjatuh)
Ajeng : “Allahu Akbar... salah apa aku ini” (menahan amarah)
Ajeng berusaha berdiri sambil memengang pinggangnya. Setelah berhasil berdiri, Ajeng segera siap-siap untuk berangkat. Dan keluar dari kamar.
Scene 14 (Didepan pintu kamar)
Ketika habis menutup pintu. Perut Ajeng berbunyi *lapar.
Ajeng : “Huh!” (gaya kelelahan sambil memegang perut)
Ajeng segera berjalan ke dapur untuk memanggang roti dan mengambil susu.
Scene 15 (Di dapur)
Ajeng : “Aku lapar!! Haaaa!” (teriak seperti anak kecil sambil mengangkat kepala ke atas)
Ajeng pun mengambil roti dan memasukkannya ke tempat pemanggang roti. Setelah itu Ajeng mengambil gelas dan piring. Ajeng berjalan menuju kulkas dengan membawa gelas.
Ajeng : (membuka kulkas dan mengambil botol susu) “Haaa! Kosong!”
Ajeng melihat ada teh celup dan mengambilnya. Setelah itu dia masukkan kedalam gelas dan berjalan ke dispenser untuk menyeduh teh tersebut. Ajeng pun segera mencari gula. Tapi tidak ketemu juga.
Ajeng : “Haisshh! Kemana toplesnya!” (sambil membuka semua loker)
Ajeng : (membuka loker) “Hah! akhirnya ketemu juga!” (Melihat toples bertuliskan “GULA”)
Ajeng : (Mengambil dan membuka toples) “Haish!!! Tinggal dikit banget!” (melotot)


Ajeng pun menuangkan semua isi di toples pada gelasnya. Pada saat itu pemanggang roti berbunyi,tapi Ajeng tak mendengarnya. Ajeng pun mengaduk lalu mencicipi teh tersebut.
Ajeng : “Ah! Masih pait!”
Ajeng pun segera membawa teh itu di meja makan
Scene 16 (Di meja makan)
Ajeng : (duduk) “Haa! Aku lapar banget!” (menundukkan kepala ke meja)
Tanpa sadar Ajeng tertidur di meja makan dengan memegang gelas teh tersebut.
Scene 17 (Di ruang inap)
Rantika menanti kedatangan Ajeng. Dan terus menelfon (telfon rumah) Ajeng tetapi tidak ada jawaban sampai baterai handphonenya habis. Tak sadar bahwa dari tadi Rantika sedang diperhatikan oleh Dokter yang sedang senyum-senyum sendiri melihatnya.
Rantika : “Ajeng! Angkat dong!” (mengutak ngatik handphone menghadap belakang dari pandangan Dokter)
Rantika : “Yah! Batrenya abis! HAAAA!” (gaya anak kecil merengek sambil menelentangkan badannya)
Dokter : (Senyum-senyum menahan ketawa)
Rantika : (melirik ke arah dokter) “Siapa lu!” (terkejut dan sinis)
Dokter : “Tidak lihat jas ku?” (senyum manis)
Rantika : “siapa?” (nada makin makin rendah)
Dokter : (tersenyum) “Aku doktermu”
Rantika : “Oh iya” (terpesona)
Dokter : “Handphonenya low?”
Rantika : “iya”
Dokter : “sini,biar aku charger” (mengulurkan tangan *meminta handphone)

Rantika : “Nih..” (memberi handphone)
Dokter itu melangkah meninggalkan Rantika, tetapi berhenti dan berfikir untuk meminjam kan handphonenya untuk Rantika.
Dokter : (berbalik badan dan berjalan ke arah Rantika)  “ini” (memberikan handphone dari saku jasnya)
Rantika : (mengangkat alis)
Dokter : (tersenyum)  “pakai handphoneku dulu untuk menelfon Ajeng”
Rantika : “ehh.. iya” (mengambil handphone)
Dokter itu segera pergi meninggalkan Rantika. Rantika yang wajahnya pucat, tiba-tiba menjadi berseri-seri melihat Dokter itu.
Rantika : “ah! Tampan sekali dokternya”
Rantika : “gue harus kasih tau ini sama Ajeng!” (sambil mengetik nomor dan menelfon ajeng)
Scene 18 (Di meja makan)
Telfon rumah : “TELELET! TELELET!............”
Ajeng membuka mata dan melihat jam tangannya. Ajeng pun sangat terkejut jam tangannya menunjukkan pukul 08.49.
Ajeng : “Hahh!” (sambil mengangkat kepala)
Tak sengaja tangannya menyenggol gelas dan akhirnya teh itu pun tumpah dibajunya.
Ajeng : “HAIISSSHH!!” (sambil berdiri lalu berlari ke arah telfon)
Ajeng : (mengangkat telfon)  “Halo?”
Rantika (Suara ditefon) : “Ajeng cepet kesini!”
Ajeng : “iya iya iya!” (lalu menutup telfon)
Ajeng : “Haampun....” (masih memegang gagang telfon yg ditutup)
Ajeng segera membawa tas dan berangkat ke RS.


Scene 19 (Di ruang dokter)
Dokter mencolok charger handphone dan tak sengaja melihat wallpaper di handphone tersebut. Terlihat wanita yang semalam hampir membuatnya terbunuh ketakutan.
Dokter : “Wanita ini?” (heran)
Dokter :  “Apa wanita ini bernama Ajeng?”
Dokter : “Tapi, siapa dia sebenarnya?”
Dokter itu terus bertanya-tanya dalam hati sampai memasuki lift.
Scene 20 (Dilantai dasar RS)
Ajeng berlari menuju lift.
Ajeng : “Aduh! Semoga aja ada yang jagain Rantika” (panik sambil berlari)
Terlihat dari pandangan Ajeng seorang pemuda yang tampan, yaitu Dokter yang kemarin. Ajeng berlari semakin cepat hingga tersandung  pada saat di depan lift.
Scene 21 (di lift)
Ajeng : “AHHH!”  (teriaknya tersandung)
Dokter : (memegang badan Ajeng agar tidak terjatuh)
Ajeng : (menoleh ke wajah Dokter)
Dokter : (Terkejut lalu membanting badan Ajeng ke bawah dan menjauh)
Ajeng : *GUBRAKK!* (terjatuh)  “AH! Sebenernya niat nolong apa engga sih!” (mencoba berdiri dan masuk kedalam lift)
Dokter : “MENJAUH DARIKU!” (Bentaknya sampai membuat Ajeng terkejut)
Ajeng : (menoleh kebelakang melihat wajah Dokter)
Dokter : “Apa mau mu?” (Keringat dingin)
Ajeng : (cengengesan)  “Eh,dok! Semalam saya lagi gak sadar”
Dokter : “Apa maksudmu?” (penasaran)

Ajeng : “Saya wanita yang kemarin loh,yang Dokter bilang ke saya,saya harus mencari organ hati untuk saudara saya”
Dokter : “Oh,saudaramu Rantika bukan?” (mendekat)
Ajeng : “Iya dok, kok tau?” (tatapan sinis)
Dokter : “Ah tidak!” (memalingkan wajah)
Ajeng : “Ohh” (mengangguk)
Dokter : “Hmm.. namamu siapa?” (mengulurkan tangan)
Ajeng : “Namaku Ajeng. Namamu siapa?” (berjabat tangan)
Dokter : “Aku Rian” (tersenyum)
Ajeng : “Oh, iya”
Dokter : “Kamu mau ke ruang saudaramu?”
Ajeng : “Iya,kenapa?”
Dokter : “Oh kalau gitu sama”
Setelah pintu lift terbuka, Ajeng langsung berlari untuk melihat keadaan Rantika dan meninggalkan Dokter di dalam lift sendirian.
Dokter : “Dia cantik,polos dan perhatian” (Senyum kasmaran)
Dokter langsung keluar lift dan berjalan menuju ruang inap Rantika.
Scene 22 (Di ruang inap)
Terlihat Ajeng dan Rantika berpelukan. Dokter yang baru memasuki ruangan hanya tersenyum melihat tingkah laku Ajeng.
Ajeng : “Ah! Aku khawatir sama kamu!” (menangis)
Rantika : “Haha! Malu-maluin kamu nangis gara-gara aku!”
Ajeng : “Ah kau tidak tau perasaanku” (cemberut)
Dokter : (tersenyum lebar)  “Sudah-sudah.. saya ingin memeriksa keadaan Rantika”
Ajeng : “Silahkan dok..”

Dokter pun memeriksa keadaan Rantika. Ajeng hanya memperhatikan gerak-gerik dokter itu.
Dokter : “Selesai!!”
Ajeng : “Yee!” (sambil tepuk tangan)
Dokter hanya tersenyum melihat tingkah Ajeng yang seperti anak kecil. Tiba-tiba perut Ajeng berbunyi *lapar. Dokter pun tertawa kecil.
Rantika : “Kau lapar? Hahaha!” (sambil tertawa)
Ajeng : (tersenyum terpaksa dan memalingkan wajah)
Dokter : “Dilantai bawah ada kantin”(sambil tersenyum)
Dokter menarik tangan Ajeng dan mengajaknya ke kantin.
Scene 23 (Di lift)
Ajeng sedang sibuk menutupi switernya yang basah. Sedangkan dokter memperhatikan tingkah Ajeng.
Dokter : “Bisa kau lepas switermu?”
Ajeng : “Hah?” (tampang polos)
Dokter : “Tidak baik menggunakan pakaian basah”
Ajeng segera melepas switernya dan Dokter segera membuka jasnya lalu dipakaikan di bahu Ajeng. Ajeng hanya terdian dan terpesona pada Dokter itu.

Scene 24 (Dikantin)
Dokter : “Kau duduk disini ya” (sambil tersenyum)


belum selesai.. hehehe :D tunggu aja yaa :)