Judul : Sebuah Pengorbanan
Writer :Siti Ulfa X-BC smk Hutama
TOKOH :
⋗Ajeng (Saudara Rantika)
⋗Rantika (Saudara Ajeng)
⋗Rian (Dokter)
Scene 1 (diteras rumah Ajeng)
Ajeng dan Rantika sedang duduk diteras
rumah, Ajeng sibuk melihat-lihat bunga, sedangkan Rantika sedang sibuk dengan
game di handphonenya.
Ajeng :
“Ran, aku ingin seperti bunga ini yang warnanya cerah, dan menunjukkan
keceriaannya” (sambil memegang bunga matahari)
Rantika :
“Hmm, bisa aja”
Ajeng : “oh
yaa? Apakah menurutmu aku seseorang yang ceria?”
Rantika : “Menurutmu?”
Ajeng : “Tidak
terlalu”
Rantika :
“Nah,itu jawabannya!” (Sambil berdiri bergegas berlari)
Ajeng :
“Ih! Kamu yaa! Nyebelin banget!” (sambil berlari mengejar Rantika)
Scene 2 (di dalam rumah Ajeng)
Rantika tiba-tiba jatuh pingsan di tangga.
Ajeng pun langsung memegang kepala Rantika agar tidak terbentur.
Ajeng : “Rantika!
Bangun! Kamu kenapa?” (khawatir dan panik)
Ajeng : “Aku
gak mau kehilangan kamu! Aku yakin kamu pasti sembuh” (Menangis)
Ajeng langsung berlari ke kamar untuk
mengambil uang dan segera membawa Rantika ke Rumah Sakit untuk memeriksa
keadaan Rantika.
Scene 3 (di Rumah sakit)
Ajeng langsung berlari ke bagian
administrasi kemudian kembali ke ruang UGD, Ajeng pun menunggu didepan ruang
UGD, tak lama dokter pun keluar dan menyuruh Ajeng untuk mengikutinya ke ruang
dokter.
Ajeng : “Aduh!
Jantungku berdebar keras rasanya jantungku mental 10 *sepuluh meter. Semoga aja
keadaan Rantika baik-baik aja dan penyakitnya bisa disembuhin”
Scene 4 (di ruang dokter)
Setelah sampai ruang dokter Ajeng pun
dipersilahkan duduk oleh dokter.
Dokter : “Silahkan
duduk”
Ajeng : “
iya dok. Bagaimana keadaan saudara saya dok?” (khawatir)
Dokter :
“Apakah saudaramu mengidap penyakit sirosis?”
Ajeng : “Iya
dok. Memang kenapa?”
Dokter :
“sirosisnya sudah mencapai stadium 3 *tiga, 75% dari organ hatinya sudah
membeku”
Ajeng : “HAH?!!
Secepat itu?!” (Terkejut)
Dokter : “Iya,karena
tubuhnya merespon negatif”
Ajeng : “Tapi
masih bisa sembuh kan dok?”
Dokter : “Bisa,
tapi tidak mudah untuk melakukannya”
Ajeng : “Apa
itu dok?”
Dokter : “
Kamu harus dapatkan organ hati yang masih segar dan sehat untuk dicangkokkan
pada tubuh saudaramu”
Ajeng : “HAH!
tapi itu sangat sulit! Apa tidak ada cara lain selain itu?” (Terkejut)
Dokter hanya menggelengkan kepalanya. Ajeng
pun keluar dari ruang dokter. Dan menuju ruang inap Rantika.
Scene 5 (di ruang inap)
Ajeng hanya terdiam dengan pipi basah dan
wajah yang kusut karena tidak dapat menahan kesedihannya.
Ajeng : “Andai
kamu tau, aku gak mau kehilangan kamu!” (Menangis)
Tiba-tiba ada tangan yang menghapus air
mata Ajeng, Ajeng pun menoleh. Ternyata
Rantika yang mengusap air mata Ajeng.
Ajeng : “Eh
Ran, udah sadar?” (Terkejut dan mengusap air matanya)
Rantika :
“Sepertinya kamu capek banget. Matamu juga gak segar. Sebaiknya kamu pulang aja
deh!”
Ajeng :
“Ah! Gak mau!”
Rantika : “
Mana handphone mu?”
Ajeng : “Ini”
(sambil memberikan handphone ke tangan Rantika)
Rantika : “Sudah sana pulang!” (mendorong Ajeng)
Ajeng : “Eh,
tapi...!”
Rantika :
“Atau aku marah?”
Ajeng :
“Ah! Baiklah aku pulang. Kamu baik-baik yaa!” (sambil berjalan menuju lift)
Scene 6 (di dalam Lift)
Ajeng satu lift dengan laki-laki tampan
yang pernah dilihatnya. Ajeng pun teringat kata-kata dokter tadi.
Ajeng :
“Ah! Aku akan mengambil organ hati manusia!!!” (teriak secara tak sadar)
Laki-laki itu pun terkejut dan menjauh dari
Ajeng ke pojok lift. Ajeng melirik pemuda itu,dan baru menyadari bahwa pemuda
itu dokter yang tadi bicara dengan Ajeng tentang kondisi Rantika.
Ajeng : “Eh,maaf..
bukan maksudku..” (belum selesai bicara)
Dokter :
“Menjauh dariku” (teriak dan menunjuk Ajeng dengan jari telunjuk)
Ajeng : “Tapi??”
Dokter : “Menjauh!!”
(membentak Ajeng)
Ajeng : “Eih!
Aku..” (belum selesai bicara)
Dokter itu langsung berlari keluar lift
ketika pintu lift mulai terbuka. Ajeng pun mengejarnya.
Scene 7 (di lantai dasar)
Ajeng : “dok!
Tunggu!” (sambil berlari mengejar dokter)
Ajeng : “Ah dokter! Tunggu! Aku ingin menjelaskan
semuanya!” (ngos-ngosan)
Namun Dokter tak memperdulikan Ajeng dan
terus berlari sampai ke parkiran. Dan Ajeng pun terus mengikutinya.
Scene 8 (di parkiran)
Dokter terus berlari menuju tempat parkir
mobilnya. Ajeng semakin lelah.
Ajeng : “Dok!
Berhenti! Tolong jangan salah paham padaku!”
Dokter pun segera masuk kedalam mobil dan
menjalankan mobilnya. Ajeng tak kuat lagi untuk berlari sampai akhirnya kakinya
terkilir dan terjatuh. Tak lama mobil yang dikendarai Dokter itu pun berjalan
ke arah Ajeng yang sedang terjatuh lemas dan kesakitan karena kakinya terkilir.
Dokter : “Minggir
kau! Atau aku tabrak!” (bicara panik diddalam mobil dengan keadaan keringat
dingin)
Ajeng : “Hey dok! Jangan salah paham dulu!” (sambil
berdiri menuju kaca mobil Dokter dengan kaki yang pincang)
Namun Dokter malah melaju kan mobilnya
meninggalkan Ajeng. Dan membuat Ajeng terjatuh.
Ajeng : “Haish!!
Dasar dokter tidak berperasaan!” (mencoba berdiri)
Ajeng segera keluar dari RS. Dan mencari
taksi.
Scene 9 (didalam kamar Ajeng)
Ajeng segera ganti baju dengan piama untuk
tidur. Dan segera berbaring di tempat tidur, tak lupa lagi menaruh jam waker
yang sudah di aturnya di sebelah bantalnya.
Ajeng : “Ah,aku
gak tenang ninggalin Rantika sendirian di RS”
Ajeng : “Dia
kan penakut.. nanti tengah malam dia ke toilet ada sosok makhluk halus alias
setan gimana?”
Ajeng : “Gak
tau ah!” (menarik selimut sampai ujung kepala)
Scene 10 (Di mobil dokter)
Dokter yang sedang menyetir tiba-tiba
terbayang wanita yang hampir membuat jantungnya copot.
Dokter :
“wanita itu.. sepertinya pernah ku lihat” (sambil menyetir)
Dokter : “Tapi
dimana?” (heran dan bingung)
Dokter :
“Dia sangat cantik..” (senyum sendiri)
KEESOKKAN HARINYA
Scene 11 (Di dalam kamar Ajeng)
Ajeng masih terlelap tidur sampai akhirnya
jam waker yang berada tepat di sebelah telinganya berbunyi.
Jam waker : “KKKRRRIIIIINNNGGGGGG.....!!!!!!!!”
(nyaring)
Ajeng terkejut dan mematikan bunyi jam
tersebut dan membantingnya di lantai.
Ajeng : “Haaiiissh!!
Hampir aja gendang telingaku pecah!” (mata merah dan kantung mata berwarna
hitam)
Ajeng pun langsung berdiri dan berjalan ke
kamar mandi.
Scene 12 (Di kamar Mandi)
Ajeng menggantungkan handuk di kastok dan
mengucir rambutnya. Tapi pada saat mengucir rambut karetnya terjatuh ke kloset.
Ajeng pun terpaksa jongkok untuk mengambil karetnya.
Ajeng : “Haaaiiiisshhhh!”
(mata masih setengah terbuka dan tak sengaja tangannya masuk kedalam kloset
yang dikira bak mandi)
Ajeng : “Hah
basah!” (sambil mengucir rambut dengan mata tertutup)
Ajeng : (membuka
mata) “HAISSHHH!!”(teriak. Baru sadar didepan
wajahnya kloset)
Ajeng pun langsung berdiri dan segera
mandi.
Scene 13 (Di Luar kamar mandi)
Setelah mandi. Ajeng langsung keluar dan
ketika melangkahkan kakinya keluar tiba-tiba kakinya menginjak jam waker yang
dilemparnya tadi kemudian terjatuh.
Ajeng : “AHH!”
*GUBRAKKK!*(teriak sambil terjatuh)
Ajeng : “Allahu
Akbar... salah apa aku ini” (menahan amarah)
Ajeng berusaha berdiri sambil memengang
pinggangnya. Setelah berhasil berdiri, Ajeng segera siap-siap untuk berangkat.
Dan keluar dari kamar.
Scene 14 (Didepan pintu kamar)
Ketika habis menutup pintu. Perut Ajeng
berbunyi *lapar.
Ajeng : “Huh!”
(gaya kelelahan sambil memegang perut)
Ajeng segera berjalan ke dapur untuk
memanggang roti dan mengambil susu.
Scene 15 (Di dapur)
Ajeng : “Aku
lapar!! Haaaa!” (teriak seperti anak kecil sambil mengangkat kepala ke atas)
Ajeng pun mengambil roti dan memasukkannya
ke tempat pemanggang roti. Setelah itu Ajeng mengambil gelas dan piring. Ajeng
berjalan menuju kulkas dengan membawa gelas.
Ajeng : (membuka
kulkas dan mengambil botol susu) “Haaa! Kosong!”
Ajeng melihat ada teh celup dan
mengambilnya. Setelah itu dia masukkan kedalam gelas dan berjalan ke dispenser
untuk menyeduh teh tersebut. Ajeng pun segera mencari gula. Tapi tidak ketemu
juga.
Ajeng : “Haisshh!
Kemana toplesnya!” (sambil membuka semua loker)
Ajeng : (membuka
loker) “Hah! akhirnya ketemu juga!” (Melihat
toples bertuliskan “GULA”)
Ajeng : (Mengambil
dan membuka toples) “Haish!!! Tinggal dikit
banget!” (melotot)
Ajeng pun menuangkan semua isi di toples
pada gelasnya. Pada saat itu pemanggang roti berbunyi,tapi Ajeng tak mendengarnya.
Ajeng pun mengaduk lalu mencicipi teh tersebut.
Ajeng : “Ah!
Masih pait!”
Ajeng pun segera membawa teh itu di meja
makan
Scene 16 (Di meja makan)
Ajeng : (duduk)
“Haa! Aku lapar banget!” (menundukkan kepala ke meja)
Tanpa sadar Ajeng tertidur di meja makan dengan
memegang gelas teh tersebut.
Scene 17 (Di ruang inap)
Rantika menanti kedatangan Ajeng. Dan terus
menelfon (telfon rumah) Ajeng tetapi tidak ada jawaban sampai baterai
handphonenya habis. Tak sadar bahwa dari tadi Rantika sedang diperhatikan oleh
Dokter yang sedang senyum-senyum sendiri melihatnya.
Rantika : “Ajeng!
Angkat dong!” (mengutak ngatik handphone menghadap belakang dari pandangan
Dokter)
Rantika : “Yah!
Batrenya abis! HAAAA!” (gaya anak kecil merengek sambil menelentangkan
badannya)
Dokter : (Senyum-senyum
menahan ketawa)
Rantika : (melirik
ke arah dokter) “Siapa lu!” (terkejut dan sinis)
Dokter : “Tidak
lihat jas ku?” (senyum manis)
Rantika : “siapa?”
(nada makin makin rendah)
Dokter : (tersenyum)
“Aku doktermu”
Rantika : “Oh
iya” (terpesona)
Dokter : “Handphonenya
low?”
Rantika : “iya”
Dokter : “sini,biar
aku charger” (mengulurkan tangan *meminta handphone)
Rantika : “Nih..”
(memberi handphone)
Dokter itu melangkah meninggalkan Rantika,
tetapi berhenti dan berfikir untuk meminjam kan handphonenya untuk Rantika.
Dokter : (berbalik
badan dan berjalan ke arah Rantika) “ini”
(memberikan handphone dari saku jasnya)
Rantika : (mengangkat
alis)
Dokter : (tersenyum)
“pakai
handphoneku dulu untuk menelfon Ajeng”
Rantika : “ehh..
iya” (mengambil handphone)
Dokter itu segera pergi meninggalkan
Rantika. Rantika yang wajahnya pucat, tiba-tiba
menjadi berseri-seri melihat Dokter itu.
Rantika : “ah!
Tampan sekali dokternya”
Rantika : “gue
harus kasih tau ini sama Ajeng!” (sambil mengetik nomor dan menelfon ajeng)
Scene 18 (Di meja makan)
Telfon rumah : “TELELET!
TELELET!............”
Ajeng membuka mata dan melihat jam
tangannya. Ajeng pun sangat terkejut jam tangannya menunjukkan pukul 08.49.
Ajeng : “Hahh!”
(sambil mengangkat kepala)
Tak sengaja tangannya menyenggol gelas dan
akhirnya teh itu pun tumpah dibajunya.
Ajeng : “HAIISSSHH!!”
(sambil berdiri lalu berlari ke arah telfon)
Ajeng : (mengangkat
telfon)
“Halo?”
Rantika (Suara ditefon) : “Ajeng
cepet kesini!”
Ajeng : “iya
iya iya!” (lalu menutup telfon)
Ajeng : “Haampun....”
(masih memegang gagang telfon yg ditutup)
Ajeng segera membawa tas dan berangkat ke
RS.
Scene 19 (Di ruang dokter)
Dokter mencolok charger handphone dan tak
sengaja melihat wallpaper di handphone tersebut. Terlihat wanita yang semalam
hampir membuatnya terbunuh ketakutan.
Dokter : “Wanita
ini?” (heran)
Dokter : “Apa wanita ini bernama Ajeng?”
Dokter : “Tapi,
siapa dia sebenarnya?”
Dokter itu terus bertanya-tanya dalam hati
sampai memasuki lift.
Scene 20 (Dilantai dasar RS)
Ajeng berlari menuju lift.
Ajeng : “Aduh!
Semoga aja ada yang jagain Rantika” (panik sambil berlari)
Terlihat dari pandangan Ajeng seorang
pemuda yang tampan, yaitu Dokter yang kemarin. Ajeng berlari semakin cepat
hingga tersandung pada saat di depan
lift.
Scene 21 (di lift)
Ajeng : “AHHH!” (teriaknya tersandung)
Dokter : (memegang
badan Ajeng agar tidak terjatuh)
Ajeng : (menoleh
ke wajah Dokter)
Dokter : (Terkejut
lalu membanting badan Ajeng ke bawah dan menjauh)
Ajeng : *GUBRAKK!*
(terjatuh)
“AH! Sebenernya niat nolong apa engga sih!” (mencoba berdiri dan
masuk kedalam lift)
Dokter : “MENJAUH
DARIKU!” (Bentaknya sampai membuat Ajeng terkejut)
Ajeng : (menoleh
kebelakang melihat wajah Dokter)
Dokter : “Apa
mau mu?” (Keringat dingin)
Ajeng : (cengengesan)
“Eh,dok! Semalam
saya lagi gak sadar”
Dokter : “Apa
maksudmu?” (penasaran)
Ajeng : “Saya
wanita yang kemarin loh,yang Dokter bilang ke saya,saya harus mencari organ hati
untuk saudara saya”
Dokter : “Oh,saudaramu
Rantika bukan?” (mendekat)
Ajeng : “Iya
dok, kok tau?” (tatapan sinis)
Dokter : “Ah
tidak!” (memalingkan wajah)
Ajeng : “Ohh”
(mengangguk)
Dokter : “Hmm..
namamu siapa?” (mengulurkan tangan)
Ajeng : “Namaku
Ajeng. Namamu siapa?” (berjabat tangan)
Dokter : “Aku
Rian” (tersenyum)
Ajeng : “Oh,
iya”
Dokter : “Kamu
mau ke ruang saudaramu?”
Ajeng : “Iya,kenapa?”
Dokter : “Oh
kalau gitu sama”
Setelah pintu lift terbuka, Ajeng langsung
berlari untuk melihat keadaan Rantika dan meninggalkan Dokter di dalam lift
sendirian.
Dokter : “Dia
cantik,polos dan perhatian” (Senyum kasmaran)
Dokter langsung keluar lift dan berjalan
menuju ruang inap Rantika.
Scene 22 (Di ruang inap)
Terlihat Ajeng dan Rantika berpelukan.
Dokter yang baru memasuki ruangan hanya tersenyum melihat tingkah laku Ajeng.
Ajeng : “Ah!
Aku khawatir sama kamu!” (menangis)
Rantika : “Haha!
Malu-maluin kamu nangis gara-gara aku!”
Ajeng : “Ah
kau tidak tau perasaanku” (cemberut)
Dokter : (tersenyum
lebar) “Sudah-sudah..
saya ingin memeriksa keadaan Rantika”
Ajeng : “Silahkan
dok..”
Dokter pun memeriksa keadaan Rantika. Ajeng
hanya memperhatikan gerak-gerik dokter itu.
Dokter : “Selesai!!”
Ajeng : “Yee!”
(sambil tepuk tangan)
Dokter hanya tersenyum melihat tingkah
Ajeng yang seperti anak kecil. Tiba-tiba perut Ajeng berbunyi *lapar. Dokter
pun tertawa kecil.
Rantika : “Kau
lapar? Hahaha!” (sambil tertawa)
Ajeng : (tersenyum
terpaksa dan memalingkan wajah)
Dokter : “Dilantai
bawah ada kantin”(sambil tersenyum)
Dokter menarik tangan Ajeng dan mengajaknya
ke kantin.
Scene 23 (Di lift)
Ajeng sedang sibuk menutupi switernya yang
basah. Sedangkan dokter memperhatikan tingkah Ajeng.
Dokter : “Bisa
kau lepas switermu?”
Ajeng : “Hah?”
(tampang polos)
Dokter : “Tidak
baik menggunakan pakaian basah”
Ajeng segera melepas switernya dan Dokter
segera membuka jasnya lalu dipakaikan di bahu Ajeng. Ajeng hanya terdian dan
terpesona pada Dokter itu.
Scene 24 (Dikantin)
Dokter : “Kau
duduk disini ya” (sambil tersenyum)
belum selesai.. hehehe :D tunggu aja yaa :)